THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 10 Oktober 2008

BAB VI

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Umum

1. Paritas induk berpengaruh nyata terhadap waktu pengeluaran lochia, estrus kedua pasca partus, glukosa darah, skor kondisi tubuh, bobot tubuh dan produksi susu induk sapi perah Fries Holland.

2. Performan pengeluaran lochia, estrus kedua pasca partus, glukosa darah, skor kondisi tubuh, bobot tubuh dan produksi susu memengaruhi penyusunan formulasi masa kosong (days open) induk sapi perah Fries Holland.

3. Paritas induk II memberikan formulasi masa kosong (days open) optimal (86,23 hari) dibanding paritas I (106,07 hari) tetapi formulasi days open paritas II tidak berbeda terhadap paritas III (89,23 hari).

6.2. Kesimpulan Khusus

1. Paritas induk tidak memberikan pengaruh terhadap performan pengeluaran plasenta, estrus pertama pasca partus, involusi uteri dan intensitas estrus.

2. Paritas induk memberikan pengaruh terhadap performan pengeluaran lochia. Pengeluaran lochia paritas induk I (18,13±5,3 hari) lebih lama dibanding paritas induk II (14,60±4,38 hari) dan III (16,20±4,54 hari).

3. Paritas induk memberi pengaruh terhadap performan estrus kedua pasca partus. Estrus kedua pasca partus paritas induk I (83,5±25,74 hari) dibandingkan induk paritas II (68,23±22,83 hari) dan induk paritas III (74,1±24,75 hari).

4. Paritas induk tidak memberikan pengaruh performan srvice per conception.

5. Paritas induk tidak memberikan pengaruh terhadap conception rate.

6. Paritas induk memberikan pengaruh terhadap performan glukosa darah. Performan glukosa darah induk paritas I (51,57±5,56 mg/dL) lebih besar dibanding induk paritas II (45,57±8,01 mg/dL) dan induk paritas III (46,7±8,62 mg/dL).

7. Paritas induk tidak memberikan pengaruh terhadap performan nitrogen urea darah.

8. Paritas induk memberikan pengaruh terhadap performan skor kondisi tubuh. Skor kondisi tubuh 3 (sedang) induk paritas I, II dan III pada bulan I pasca partus sebesar (86,67%, 63,33% dan 36,67%), bulan II sebesar (46,67%, 80,00% dan 60,00%), bulan III sebesar (43,33%, 73,33% dan 66,67%).

9. Paritas induk memberikan pengaruh terhadap performan bobot tubuh. Bobot tubuh induk paritas I (432,,87±51,50 kg) lebih rendah dibandingkan induk paritas II (465,72±44,00 kg) dan induk paritas III (476,82±45,76 kg).

10. Paritas induk memberikan pengaruh terhadap produksi susu. Rataan produksi susu induk paritas I (17,73±2,25 liter/hari) lebih kecil dibandingkan induk paritas II (21,98±3,22 liter/hari) dan induk paritas III (22,59±3,98 liter/hari).

11. Masa kosong (days open) induk paritas I (106,07±38,11 hari) memberikan waktu lebih lama dibandingkan masa kosong (days open) induk paritas II (86,23±29,00 hari) dan III (89,23±38,22 hari).

6.3. SARAN

1. Masa kosong (days open) dapat digunakan sebagai rujukan dalam memperbaiki sistem reproduksi terutama dalam mengatur calving interval dan peningkatan produksi susu.

2. Performan pengeluaran lochia, estrus kedua pasca partus, glukosa darah, skor kondisi tubuh, bobot tubuh dan produksi susu merupakan faktor yang menentukan dalam formulasi days open perlu memperoleh perhatian dalam pengelolaan reproduksi induk sapi perah pasca partus.

3. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan pada estrus kedua pasca partus dapat digunakan sebagai indiktor keberhasilan program reproduksi dan inseminasi buatan terutama sebagai dasar penentuan conception rate induk sapi perah pasca partus.

4. Berdasarkan hasil penelitian bahwa suatu upaya untuk memperpanjang days open harus dihindari dengan tidak melakukan penundaan inseminasi buatan pada estrus kedua pasca partus karena adanya kekhawatiran produksi susu menurun.

5. Diperlukan penyuluhan bagi peternak untuk menjelaskan risiko penundaan dan keuntungan melaksanakan inseminasi buatan pada estrus kedua pasca partus.

6. Diperlukan adanya pendataan terhadap induk sapi yang mengalami anestrus postpartum sehingga dapat dilakukan penanganan secara komprehensif.

7. Diperlukan penelitian terpadu dalam ilmu nutrisi dan reproduksi sebagai upaya mempertahankan days open dalam kerangka calving interval 12-14 bulan.

8. Diperlukan pemberdayaan unit riset dan pengembangan terutama dalam bidang reproduksi, kesehatan, pakan sapi perah serta kualitas dan produksi susu di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara Lembang Bandung sehingga penanganan masalah sapi perah dapat dilakukan secara komprehensif.

0 komentar: